TEXT
Sungai, kampung, dan kota
Konsekuensi kota yang tumbuh angkuh oleh proyek-proyek pembangunan adalah mengabaikan kampung-kota sebagai entitas yang lebih awal hadir. Narasi kampung dan sungai yang hari ini kita warisi patah dan tak terkoneksi dengan tapak peradaban yang membentuk kota-kota sebelumnya. Kampung lalu bergerak otonom bersama memori dan mental warga yang dibentuk oleh lapis-lapis kenangan atas tradisi untuk bertahan di samping derunya kota yang berlari kencang. Anak-anak kota mengalami amnesia yang parah oleh sebab tak adanya pegangan untuk memahami kota mereka, kampung mereka, dan hubungan antar keduanya. Berjalan ke kota dari kampung, seperti hendak berkunjung ke kota-kota lainnya: semua seragam, asing, dan terburu-buru. Sungai-sungai di kampung pun diam dan membisu: pasrah menjadi halaman belakang kota, jadi tempat mengakumulasikan beban pembangunan kota terus menerus. Kampung dan sungai termarjinalkan oleh kita semua, kampung-kota dan sungai yang dulu pernah membentuk kota kelak akan mengubur kota bersama alam yang tak lestari. Sungai, Kampung, dan Kota merupakan catatan beragam informasi baik yang bersifat fisik maupun non fisik di sepanjang Kali Pepe, Tegal Konas, Kali Gajah Wong hingga Kali Code. Merancang berbagai agenda untuk menggali informasi dan merekam berbagai fragmen warga dengan dinamika yang menyertainya menjadi tahapan dari upaya mereproduksi pengetahuan terkait hubungan antara perubahan sungai, perilaku warga dengan semua masalah dan tantangannya hingga agenda perubahan kota di Surakarta dan Yogyakarta.
02071 | 307.764 AGH s c.1 | Perpustakaan Terpadu Polkestan | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain